Penampilan adalah BENTUK CITRA DIRI SESEORANG
Penampilan?
"Clothes make the man. I believe that. You say to me
you want to go shopping, you want to buy clothes, but you don't know what kind.
You leave that hanging in the air, like I'm supposed to fill in the
blank. That to me is like asking me who you are... and I don't know who
you are."
Kutipan di atas merupakan celotehan seorang sopir limosin yang mengobrol dengan Tom Hanks dalam sebuah film komedi klasik tahun 90an, Joe Versus The Volcano. Sayang sekali film itu sendiri tidak pernah dianggap populer, apalagi masuk ke jajaran box office, karena cukup satu baris sederhana tersebut menyimpan dua rahasia glosifikasi bagi Anda yang ingin memperbaiki persepsi orang akan diri Anda.
Kutipan di atas merupakan celotehan seorang sopir limosin yang mengobrol dengan Tom Hanks dalam sebuah film komedi klasik tahun 90an, Joe Versus The Volcano. Sayang sekali film itu sendiri tidak pernah dianggap populer, apalagi masuk ke jajaran box office, karena cukup satu baris sederhana tersebut menyimpan dua rahasia glosifikasi bagi Anda yang ingin memperbaiki persepsi orang akan diri Anda.
CLOTHES MAKE THE MAN.
Entah itu dalam bidang karir, kehidupan sosial, atau bahkan romansa, Anda akan
selalu dinilai berdasarkan penampilan Anda. Kita memang dibesarkan agar tidak
menilai buku dari sampulnya, namun jujur saja itu nasihat yang tidak berlaku
bagi orang yang tidak mendapat kesempatan untuk mengenal Anda secara pribadi
lebih jauh.
Hanya diperlukan waktu setengah sampai tiga puluh detik bagi
mereka untuk menjatuhkan vonis penilaian pada diri Anda. Begitu impresi pertama
itu tercipta, nyaris tidak mungkin bagi mereka untuk mengubah pikiran.
Coba renungkan sejenak, ketika anda melakukan tes wawancara kerja, kemudian
anda berpakaian tidak rapi, seperti kemeja kusut, tidak pakai kaos kaki atau
stelan kemeja celana bahan tapi sepatu sporty, kira kira dalam benak anda
apakah interviewer akan meloloskan anda dalam tes wawancara tersebut?
Kemudian, ketika anda minimal berpakaian rapi, kemeja rapi, wangi, kemudian
sepatu anda bersih mengkilap kira-kira kesan pertama apa yang ditangkap oleh
seorang Interviewer terhadap anda?
Pakaian yang Anda kenakan bukan lagi sekedar alat penutup
tubuh, melainkan perpanjangan dari kepribadian Anda.
Baca ulang kalimat di atas sekali lagi.
Baca ulang kalimat di atas sekali lagi.
Jika merasa diri keren, Anda pasti akan bersedia mengekspresikan diri itu dalam bentuk yang lebih visual. Bayangkan seperti ini, jika Anda memiliki anak nanti, pasti Anda akan menyiapkan set pakaian yang terbaik untuknya. Anda begitu menyayanginya sehingga tidak mau dia tampil berantakan. Nah, mengapa Anda tidak melakukannya pada diri sendiri dulu mulai sekarang?
Sekali lagi, seseorang yang masa bodoh dengan penampilannya adalah seseorang yang minder. Mereka tidak merasa dirinya pantas menjadi sorotan mata semua orang. Mereka takut untuk tampil menawan dan bersembunyi dibalik alasan, "Saya lebih suka jadi be my self, dan inilah diri saya apa adanya."
Perhatikan pakaian yang Anda kenakan sehari-hari, itulah gambaran sebenarnya bagaimana cara Anda memandang kualitas diri Anda sendiri. Penampilan yang asal-asalan menunjukkan kepribadian yang asal-asalan. Tentu sebagian orang akan berpendapat “wah sembarangan ngejudge!” lalu apa bedanya dengan anda yang mengatakan “duh cuma ke kantor aja penampilannya all out” padahal penampilan tersebut adalah bentuk penghargaan terhadap dirinya, rekan kerjanya bahkan penghargaan terhadap perusahaannya. Pernah ada rekanan dari perusahaan konsultan jasa dan dia sudah cukup berpengalaman pernah bekerjasama juga dengan perusahaan bonafit lainnya, pada saat kunjungan dia membuat pernyataan seperti ini “kenapa ya pegawai disini penampilannya tidak seperti pegawai” coba renungkanlah pernyataan tersebut.
KNOW WHO YOU ARE. Kenali diri Anda sendiri, luar dan
dalam, maka Anda dapat dengan mudah memilih jenis pakaian seperti apa yang
dibutuhkan.
Jadi seni mengenali diri dimulai dengan memahami esensi. Anda perlu mengaktualisasikan esensi tersebut pada jenis baju, celana, sepatu, dan asesoris lainnya yang menempel pada tubuh. Tulisan ini tidak menuntun Anda bagaimana menjadi seseorang yang sok fashionable, karena mengutip Quentin Crisp, "Fashion is what you adopt when you don't know who you are." Tulisan ini juga tidak untuk mengubah Anda untuk menjadi seorang metroseksual, apalagi fashionista. Saya hanya mengajak Anda untuk memperlebar glosifikasi dan mindset Anda tentang pentingnya menjaga penampilan dengan baik.
Jadi seni mengenali diri dimulai dengan memahami esensi. Anda perlu mengaktualisasikan esensi tersebut pada jenis baju, celana, sepatu, dan asesoris lainnya yang menempel pada tubuh. Tulisan ini tidak menuntun Anda bagaimana menjadi seseorang yang sok fashionable, karena mengutip Quentin Crisp, "Fashion is what you adopt when you don't know who you are." Tulisan ini juga tidak untuk mengubah Anda untuk menjadi seorang metroseksual, apalagi fashionista. Saya hanya mengajak Anda untuk memperlebar glosifikasi dan mindset Anda tentang pentingnya menjaga penampilan dengan baik.
Sebagai pribadi yang dewasa, Anda patut menyadari
tanggung jawab menata penampilan diri, karena dunia memperlakukan Anda
sebagaimana tampilan citra diri Anda pada mereka.
No comments:
Post a Comment